Mengenal Teman Kita yang Berbeda
Mengenal Teman Kita yang Berbeda
Difabel dan disabilitas adalah dua istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan seseorang yang memiliki tantangan atau keterbatasan dalam melakukan aktivitas tertentu. Macam-macam difabel maupun disabilitas ini mencakup keterbatasan fisik, mental, maupun sensorik.
Penyandang disabilitas adalah bagian dari masyarakat kita juga. Melansir publikasi kemenkopmk.go.id, jumlah penyandang disabilitas di Indonesia mencapai 22,97 juta jiwa atau setara 8,5% dari total penduduk Indonesia.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016, Negara Kesatuan Republik Indonesia menjamin kelangsungan hidup setiap warga negara, termasuk penyandang disabilitas. Teman kita yang berbeda tersebut memiliki kedudukan hukum dan HAM yang sama dengan warga negara lainnya.
Kita semua perlu saling menghormati dan menjaga etika ketika berinteraksi dengan teman-teman yang mungkin punya kekhususan tertentu, termasuk dalam menggunakan istilah difabel dan disabilitas. Pengertian disabilitas sekilas sama dengan difabel, namun sebenarnya terdapat perbedaan yang perlu kita pahami.
Untuk lebih jelasnya, berikut pengertian disabilitas dan perbedaannya dengan difabel. Ketahui juga macam-macam difabel dan etika berinteraksi dengan mereka.
Pengertian Disabilitas dan Difabel
Pengertian disabilitas adalah kondisi keterbatasan dalam fisik, mental, sensorik, atau perkembangan lainnya yang dapat memengaruhi kemampuan seseorang untuk berpartisipasi secara penuh dalam kehidupan sehari-hari. Disabilitas dapat bersifat sementara atau permanen, serta tingkat dampaknya bisa bervariasi dari satu orang dan orang lainnya.
Difabel dan disabilitas merupakan istilah yang berbeda. Penyandang disabilitas adalah orang yang mengalami keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Istilah “disabilitas” lebih berfokus pada dampak sosial dan lingkungan yang dapat membatasi akses dan partisipasi seseorang dalam masyarakat.
Disabilitas dapat mencakup berbagai tingkat dan jenis. Mulai dari disabilitas fisik yang memengaruhi mobilitas, disabilitas mental yang memengaruhi fungsi kognitif, hingga disabilitas sensorik yang memengaruhi panca indera seperti penglihatan atau pendengaran.
Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016, penyandang disabilitas adalah setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan kesamaan hak.
Sedangkan difabel merujuk kepada orang yang mengalami keterbatasan dalam fungsi-fungsi tertentu, namun kondisi tersebut dapat diperbaiki dengan alat bantu dan terapi khusus. Istilah “difabel” lebih berfokus pada individu itu sendiri dan hambatan-hambatan yang mereka alami dalam hal fisik, mental, atau sensorik.
Seorang difabel bukan berarti tidak mampu dalam melakukan sesuatu, melainkan hanya memiliki keterbatasan. Keterbatasan ini hanya mencakup satu atau beberapa kondisi, sedangkan fungsi fisik, mental, dan sensorik lainnya tidak mengalami hambatan.
Penting untuk diingat bahwa istilah difabel dan disabilitas digunakan untuk menggambarkan kondisi atau hambatan individu, bukan untuk menilai atau mengukur nilai seseorang. Semua orang memiliki hak-hak yang sama dalam bermasyarakat dan punya kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki.
Contoh Macam-Macam Difabel
Kondisi difabel merupakan bagian dari keberagaman manusia yang harus kita hormati. Setiap penyandang disabilitas memiliki latar belakang dan pengalaman uniknya sendiri. Untuk memahaminya, kita perlu memiliki pengetahuan yang komprehensif tentang macam-macam difabel yang ada di masyarakat kita.
Melalui pemahaman yang lebih baik tentang perbedaan ini, kita dapat mendukung lingkungan yang lebih inklusif. Upaya untuk menciptakan masyarakat yang inklusif merupakan bagian penting guna memastikan hak-hak penyandang disabilitas dihormati dan dijaga.
Contoh macam-macam difabel yang ada di masyarakat kita antara lain:
1. Tuna Daksa
Tuna daksa adalah istilah yang digunakan untuk merujuk kepada orang yang mengalami keterbatasan fisik sehingga dapat memengaruhi mobilitas atau fungsi tubuh mereka. Keterbatasan ini dapat muncul karena berbagai sebab, termasuk cedera fisik seperti kecelakaan, kelainan bawaan, atau kondisi medis tertentu.
Contoh tuna daksa adalah mereka yang menggunakan kursi roda untuk bergerak atau bergantung pada kruk untuk berjalan. Mereka mungkin memerlukan perangkat bantu dan modifikasi lingkungan untuk menjalani aktivitas sehari-hari secara mandiri.
Cara berinteraksi dengan difabel tuna daksa melibatkan kesadaran dan empati. Penting untuk memberikan dukungan tanpa mendiskriminasi atau menunjukkan rasa kasihan. Misalnya, jika seseorang menggunakan kursi roda, pastikan aksesibilitas lingkungan memudahkan mobilitas mereka.
2. Tuna Netra
Tuna netra merupakan orang yang mengalami kehilangan sebagian atau seluruh penglihatan mereka. Beberapa orang dengan disabilitas penglihatan mungkin memiliki penglihatan terbatas (low vision) sementara yang lain mungkin benar-benar tidak bisa melihat (blind).
Tuna netra bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kelainan bawaan, penyakit mata, atau cedera. Teman kita ini sering bergantung pada alat bantu seperti tongkat penglihatan, anjing penuntun, atau perangkat pembaca layar komputer untuk membaca teks atau menjalani kehidupan sehari-hari.
Ketika berinteraksi dengan difabel tuna netra, penting untuk berbicara dengan suara yang jelas dan memberikan deskripsi tentang apa yang terjadi di sekitarnya. Hindari memberikan bantuan tanpa izin mereka. Tawarkan bantuan hanya jika diperlukan, misalnya untuk menyeberang jalan, tetapi tetap hormati keputusan mereka.
3. Tuna Rungu
Tuna rungu adalah kondisi seseorang yang mengalami kehilangan pendengaran, baik sebagian maupun seluruhnya. Kehilangan pendengaran dapat bersifat bawaan lahir, kecelakaan, maupun penyakit tertentu. Teman kita ini sering menggunakan bahasa isyarat atau alat bantu dengar untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Ketika berinteraksi dengan difabel tuna rungu, penting untuk berkomunikasi dengan gerakan bibir yang jelas atau menggunakan bahasa isyarat jika diperlukan. Hindari berbicara terlalu cepat atau terlalu keras.
Jika teman kita ini menggunakan alat bantu dengar atau koklea implant, pastikan untuk berbicara dengan suara yang cukup nyaring dan jelas. Memahami bahasa isyarat dasar atau menggunakan komunikasi tulisan juga bisa membantu dalam interaksi.
4. Tuna Wicara
Tuna wicara yakni seseorang yang mengalami hambatan dalam berbicara atau berkomunikasi lisan. Teman kita ini mungkin memiliki kesulitan dalam mengucapkan kata-kata atau merangkai kalimat dengan benar. Untuk berkomunikasi, mereka sering mengandalkan alat bantu komunikasi alternatif, seperti komunikator berbasis teks atau perangkat lunak komputer yang membantu berinteraksi dengan orang lain.
Ketika berinteraksi dengan mereka, bersabarlah dan berikan waktu untuk menyampaikan pesan mereka. Jangan menganggap bahwa mereka memiliki keterbatasan kognitif. Jika diperlukan, gunakan alat bantu komunikasi yang mereka gunakan, seperti komunikator berbasis teks atau perangkat lunak komputer.
5. Gangguan Perkembangan
Gangguan perkembangan mencakup berbagai kondisi yang memengaruhi perkembangan fisik, kognitif, atau sosial seseorang. Seseorang dengan gangguan perkembangan mungkin memiliki kesulitan dalam interaksi sosial atau belajar.
Contoh gangguan perkembangan termasuk sindrom Down, autisme, ADHD, dan berbagai gangguan lainnya. Setiap gangguan memiliki karakteristik yang unik. Penting untuk bersikap sabar, empati, dan memahami kebutuhan mereka. Pendekatan yang personal dan dukungan yang disesuaikan, seperti terapi khusus atau pendidikan inklusif, dapat membantu teman kita ini mengembangkan potensi terbaik yang dimiliki.
Difabel dan disabilitas tidak selalu menghalangi seseorang untuk mencapai potensi sepenuhnya, terutama jika ada dukungan, aksesibilitas, dan kesadaran yang memadai. Kita harus menghormati hak-hak setiap orang untuk berpartisipasi sepenuhnya dalam kehidupan sosial, pendidikan, dan profesional.
Pentingnya inklusi dan kesetaraan bagi penyandang disabilitas telah menjadi sorotan dalam upaya membangun masyarakat yang ramah disabilitas di seluruh dunia. Upaya untuk meningkatkan aksesibilitas, kesadaran, dan dukungan bagi penyandang disabilitas adalah langkah penting dalam menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan adil bagi semua orang. Disabilitas berhak memiliki senyum lebar dan bahagia seperti kita semua.