Cara Menanggulangi Pencemaran Ekosistem Laut

10 Agustus 2023|Artikel|Bagikan :

Cara Menanggulangi Pencemaran Ekosistem Laut

 

Sustainable Development Goals (SDGs) atau tujuan pembangunan berkelanjutan adalah salah satu agenda internasional yang disusun oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam rangka ingin menyejahterakan masyarakat dunia. Agenda ini melibatkan 194 negara, civil society, dan berbagai pelaku ekonomi di seluruh dunia.

SDGs adalah program yang berisi 17 tujuan dan 169 target yang diharapkan dapat dicapai pada tahun 2030.

Tujuan SDGs adalah mengatasi masalah sosial, ekonomi dan lingkungan di negara yang membutuhkan bantuan. Menjaga ekosistem laut merupakan salah satu dari 17 tujuan Sustainable Development Goals (SDGs).

Laut adalah samudera dunia yang terdapat unsur kimia, arus, dan kehidupan di dalamnya. Laut merupakan sistem penggerak yang membuat bumi bisa dihuni oleh manusia. Ekosistem laut meliputi unsur biotik atau makhluk hidup serta abiotik mencangkup seluruh kehidupan di laut. Dengan adanya biota laut dapat menyerap polutan dengan jumlah yang sangat besar sehingga dapat mengurangi polusi di laut. Selain itu dapat menjadi sumber pangan dan perikanan bagi masyarakat. 

Ekosistem laut juga berperan penting bagi lingkungan di daratan. 50% oksigen yang dihisap organisme di daratan berasal dari fitoplankton di lautan. Habitat pantai (estuari, hutan bakau, dan sebagainya) merupakan kawasan paling produktif di bumi. Ekosistem laut merupakan ekosistem yang banyak memberikan manfaat bagi kehidupan manusia. 

Terdapat beberapa manfaat dari ekosistem air laut, antara lain:

1. Sebagai sumber makanan bagi manusia, baik hewani muapun nabati

2. Sebagai pengontrol iklim di dunia

3. Sebagai pembangkit listrik tenaga angin, tenaga ombak, dan tenaga pasang surut

4. Tempat rekreasi dan hiburan

5. Tempat budidaya ikan, kerang mutiara, rumput laut, dan lain sebagainya

6. Tempat barang tambang berada

7. Tempat penelitian dan riset

8. Sumber air minum

9. Jalur transportasi

10. Mata pencaharian penduduk lokal.

Dari tahun ke tahun pencemaran laut di Indonesia masih terus saja terjadi, hal tersebut disebabkan adanya buangan limbah yang berasal dari daratan.

Pencemaran laut masih marak terjadi di Indonesia

Terdapat sebanyak 75% perairan Indonesia mengalami pencemaran dan tergolong dalam kategori sangat tercemar, 20% tergolong dalam kategori tercemar sedang, dan 5% tergolong dalam kategori pencemaran ringan.

Limbah-limbah pencemar tersebut terdiri dari limbah industri, limbah pertanian, dan limbah rumah tangga. Pada umumnya, sebagian besar kegiatan manusia di daratan baik disadari maupun tidak didasari, telah memberikan dampak negatif terhadap ekosistem, habitat, biota laut dan penurunan kualitas lingkungan pesisir. Pencemaran udara dan tanah merupakan penyumbang utama pencemaran laut yang semakin meningkat yang tidak hanya menghambat ekologi perairan tetapi juga mempengaruhi kehidupan di darat. 

Berikut ini adalah beberapa penyebab pencemaran laut di Indonesia, diantaranya:

1. Pencemaran Sampah Laut (Marine Debris)

Pencemaran sampah laut atau marine debris merupakan salah satu ancaman terbesar dan sering terjadi di seluruh perairan dunia, bahkan pada perairan yang jauh dari kegiatan manusia. Sampah plastik merupakan pencemaran yang meningkat tiap tahun di laut Indonesia.

Tahun 2018 lalu Indonesia sempat digemparkan dengan penemuan bangkai paus sperma di perairan Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Yang membuat gempar bukan bangkai ikan pausnya, melainkan isi dalam perut bangkai ikan tersebut ditemukan sampah plastik seberat 5,9 kg. Paus ini menelan botol plastik, kantong plastik, hingga sandal jepit. Di perairan Thailand bagian selatan juga pernah ditemukan bangkai paus pilot. Paus tersebut mati karena telah menelan 80 kantong plastik.

pencemaran laut masih marak terjadi

Penyebab masuknya sampah plastik ke perairan laut, yaitu sampah-sampah yang ada di sungai terbawa hingga ke laut. Menurut Kemenperin (2013) menjelaskan bahwa, sebanyak 1,9 juta ton plastik yang diproduksi di Indonesia sepanjang tahun 2013. Serta sekitar 10% sampah plastik yang dibuang ke sungai dan berakhir di laut, dimana sebanyak 165.000 ton plastik per tahun bermuara ke perairan laut Indonesia (Thompson, et al., 2009 dalam Cordova 2017). Selain itu, bisa juga disebabkan oleh pengunjung pantai yang membuang sampah plastik di laut dengan sengaja. 

2. Pencemaran Limbah Industri

Jenis pencemaran laut nomor satu di Indonesia adalah limbah industri. Pemerintah setempat telah melarang pabrik-pabrik untuk membuang limbahnya ke selokan air atau sungai. Namun, tetap saja masih banyak industri yang membuang limbah pabriknya ke sungai, bahkan ke laut.

Limbah industri mengandung logam berbahaya, seperti arsenik, merkuri, timbal, dan masih banyak lagi. Dimana, pencemaran logam berat dipengaruhi oleh kadar dan beberapa sumber zat yang masuk ke dalam perairan, bersifat toksisitas, dan bioakumulasi. Zat berbahaya ini tidak bisa diurai oleh organisme dekomposer yang hidup di laut. 

Dampak buruk dari pembuangan limbah industri ke laut mengakibatkan penyusutan (degradasi) lingkungan dan kehidupan di bawah laut. Dan sudah pasti banyak makhluk hidup laut yang mati. Meskipun ada makhluk laut yang bertahannya, tubuhnya sudah tercemar oleh zat beracun tersebut. 

Terdapat beberapa wilayah di Indonesia yang perairannya tercemar akibat logam berat, yaitu di Perairan Pantai Utara Jawa Tengah, Perairan Pulau Lombok dan Sumbawa, Perairan Pulau Sebuku Kalimantan Selatan, dan di Perairan Pulau Papua.

3. Pencemaran Tumpahan Minyak (Oil Spill)

Penyebab utama terjadinya tumpahan minyak di perairan, yaitu aktivitas kapal dan pengeboran lepas pantai, serta akibat kecelakaan di laut. Misalnya oil spill (minyak tumpah) saat kapal tanker yang mengangkut minyak mengalami kecelakaan atau pengeboran sumur minyak.

Limbah minyak dari pertambangan di lepas pantai mengandung zat berbahaya yang mengancam hidup ekosistem ikan di laut. Bahkan, terumbu karang juga akan rusak karena adanya pencemaran limbah minyak ini.

Pada tahun 2019, kebocoran minyak dan gas terjadi di Perairan Laut Karawang hingga Bekasi, Jawa Barat. Kebocoran tersebut terjadi selama 2 minggu yang berawal dari semburan gas dan minyak di sumur lepas pantai YYA1 milik Pertamina. Kebocoran minyak dan gas tersebut menyebabkan matinya ikan dan udang di daerah tersebut. Tidak hanya itu, pencemaran minyak juga dapat menyebabkan penurunan populasi alga dan protozoa, terhambatnya pertumbuhan plankton, dan rusaknya estetika pantai akibat bau yang ditimbulkan dari material minyak.

4. Eksploitasi Ikan yang Berlebihan

Eksploitasi ikan memang bentuk pencemaran laut yang serius. Penangkapan ikan secara berlebihan sudah pasti akan merusak kelangsungan hidup ekosistem di laut. Salah satu cara yang tidak diperbolehkan untuk mengambil ikan adalah dengan menggunakan pukat harimau dan bom ikan.

Proses penangkapan ikan menggunakan peledak, bukan hanya ikan saja, tapi makhluk hidup lain akan mati akibat bahan peledak tersebut. Bom ikan digunakan karena bisa menangkap banyak ikan dalam waktu yang singkat. Namun, dalam waktu yang singkat pula, ekosistem laut menjadi rusak.

penangkapan ikan berlebihan dapat mencemari laut

Menurut Ahdan dalam jurnal Fish Bomb: for Business Motives or Basic Needs (2018) ledakan bom ikan tidak hanya membunuh ikan, namun membunuh benih biota laut, berbagai organisme laut, juga merusak terumbu karang. Terumbu karang sangat penting sebagai habitat ikan dan biota laut. Sehingga kerusakannya akan menyebabkan terganggunya ekosistem laut dan menyebabkan banyak kematian makhluk hidup di dalamnya.

Pukat harimau adalah jaring yang sangat besar yang dapat menjaring semua makhluk hidup laut. Bentuk dari pukat harimau ini adalah jaring berbentuk kantong yang nanti akan ditarik oleh kapal pukat. Alat ini cukup efektif untuk menangkap udang dan ikan, tapi bisa menyebabkan kerusakan pada semua benda yang ada di dasar laut, dalam hal ini adalah terumbu karang.

Dilansir dari Oceana, pukat harimau menghancurkan lebih banyak habitat daripada praktik penangkapan ikannya. Ketika pukat harimau ditarik, semua yang ada dijalurnya akan terseret termasuk terumbu karang dan ikan-ikan kecil di dalamnya. Ikan-ikan kecil yang terseret akan mati karena tertumpuk dengan ikan yang lebih besar. 

Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menanggulangi dan mengurangi risiko pencemaran laut, yaitu :

1. Tidak membuang sampah ke sungai maupun laut

2. Kurangi penggunaan plastik

3. Tiap industri menyediakan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL)

4. Menggunakan pertambangan yang ramah lingkungan, seperti pertambangan tertutup

5. Mendaur ulang sampah organik

6.  Pemerintah yang berwenang harus merancang peraturan tegas untuk melindungi alam dan ekosistem laut

7.  Menggunakan alat yang aman untuk menangkap ikan

hari maritim nasional di Indonesia perlu diperingati sebagai pengingat akan ekosistem laut

Di Indonesia, setiap tanggal 21 Agustus merupakan peringatan Hari Maritim Nasional. Langkah kecil yang kita lakukan sehari-hari dapat membawa dampak besar dalam skala nasional maupun dunia.

Yuk, kita saling bahu membahu untuk menanggulangi pencemaran di laut dan menjaga keberlangsungan hidup sesama manusia dan makhluk hidup lainnya. Jika bukan kita yang peduli, siapa lagi?