Ciptakan Kehangatan di Rumah dengan Peaceful Parenting

23 September 2021|Artikel|Bagikan :

Saat ini banyak sekali metode pengasuhan yang dipilih oleh orangtua, baik yang belum memiliki anak maupun yang telah memiliki anak. Berbagai pola pengasuhan mengalami perubahan dan bersifat dinamis. Namun, beberapa pola pengasuhan banyak ditinggalkan karena dirasa sudah tidak cocok untuk diterapkan kepada anak-anak. 

Salah satu pola pengasuhan yang mulai ditinggalkan adalah pola pengasuhan yang diterapkan oleh orang tua di tahun 1990-an yang identik dengan bentakan, pukulan atau hukuman yang sering meninggalkan luka batin yang sering dibawa oleh anak hingga dewasa. 

Tidak jarang pola asuh tersebut menyebabkan si anak bertumbuh dewasa dengan membawa luka batin dan secara tidak sadar melakukan hal yang sama kepada anak mereka. Lingkaran ini akan terus berlanjut jika tidak ada yang memutus rantai pengasuhan tersebut. 

Salah satu pola pengasuhan yang mulai dilirik oleh para orang tua muda adalah metode peaceful parenting yang sering dikaitkan dengan mindfulness parenting. Tapi, sebenarnya apa itu peaceful parenting? Bagaimana cara untuk menerapkan metode peaceful parenting

Peaceful Parenting

Peaceful parenting adalah sebuah filosofi pengasuhan yang digagas oleh Laura Markham, PhD, seorang psikologis klinik dan penulis buku berjudul “Peaceful Parent, Happy Kid: How to Stop Yelling and Start Connecting” yang diterbitkan di tahun 2012. 

Peaceful parenting berkaitan erat dengan mindfulness atau berkesadaran penuh atas diri. Mindfulness sendiri berarti fokus terhadap keadaan sekitar dan emosi yang dirasakan serta menerimanya secara terbuka. 

Jadi dapat diartikan peaceful parenting adalah orangtua hidup atau menyadari secara penuh apa pun yang terjadi di rumah dan bersama dengan anak-anak. 

Peaceful parenting memiliki 3 konsep:

  1. Meregulasi emosi sebagai orangtua

Hal pertama  yang dapat dimulai dari peaceful parenting adalah dengan meregulasi emosi diri sebagai orang tua sehingga orangtua dapat lebih sabar dan dapat memberikan respon yang tepat untuk setiap kejadian yang ada di sekitarnya. Dengan peaceful parenting, orangtua dapat menjadi orang yang setenang mungkin dalam memberikan respon kepada anak. 

Regulasi emosi adalah sebuah kemampuan untuk mengontrol respon seseorang terhadap emosi yang kita rasakan di suatu kondisi. Regulasi emosi dapat berdampak kepada bagaimana seseorang merasakan suatu emosi, bagaimana seseorang memperhatikan emosinya, bagaimana seseorang berpikir tentang emosi dan bagaimana seseorang bersikap terhadap suatu emosi. 

Jika seseorang dapat meregulasi emosinya dengan secara utuh, dia dapat mengatasinya saat terjadi banyak emosi di satu waktu dan tidak kewalahan oleh emosi yang ada. 

Sebagai orang tua, tindakan  anak-anak di rumah dapat menjadi pemicu berbagai emosi dalam waktu yang berdekatan dan terkadang dapat membuat orangtua tidak dapat mengontrol emosinya yang tidak jarang berakhir dengan bentakan dan teriakan. Salah satu penelitian menyebutkan bahwa anak yang sering mengalami bentakan atau omelan orang tuanya di rumah, mengalami hambatan dalam perkembangan otaknya sehingga otaknya berukuran lebih kecil dibanding ukuran otak anak-anak pada umumnya. 

Bagian otak yang memproses bahasa dan suara menjadi bagian otak yang paling terpengaruh. Bagian otak ini akan menjadi tumpul karena sering mencerna informasi dan peristiwa negatif akibat bentakan dan omelan yang tidak memicu perkembangan otak.  

Selain itu, bentakan dan teriakan orangtua dapat meninggalkan luka batin pada anak. Disinilah pentingnya orangtua mampu meregulasi emosi sehingga dapat memberikan respon yang tepat  atas emosi yang dirasakan sehingga tidak akan menimbulkan stress atau rasa ketakutan pada anak. 

Lalu, bagaimana caranya untuk meregulasi emosi sebagai orang tua?

Hal yang harus dilakukan pertama kali dalam meregulasi emosi adalah diam sejenak dan rasakan serta sadari emosi dan rasa yang muncul. Setelah itu bernafas dalam-dalam sampai kita merasa tenang dan dapat memikirkan tindakan apa yang paling tepat untuk kita lakukan. 

Misalnya saat kita melihat anak menumpahkan segelas susu di lantai dan bermain di atasnya. Seringkali yang terjadi begitu orangtua melihatnya  adalah langsung panas dan memarahi si anak tanpa berpikir lebih dahulu. Setelah itu, barulah ada rasa penyesalan karena memarahi si kecil.  

Dengan meregulasi emosi, hal yang pertama orangtua dapat lakukan adalah diam sejenak, ambil nafas dalam-dalam dan terima keadaan bahwa saat itu sedang muncul emosi marah di dalam dirinya. Terima bahwa dirinya sedang merasakan marah. Setelah itu, coba pikirkan mengapa si kecil menumpahkan susunya? Apakah dia sedang tidak ingin minum susu? Bosan? Atau tidak sengaja menumpahkannya? 

Setelah tenang, baru kita dekati si kecil. Berikan senyuman padanya, ajak dia untuk membersihkan genangan susu di lantai dan tanyakan apa yang si kecil rasakan. Dengan cara ini, kita sebagai orang tua dapat juga mengajari si kecil tentang emosi dan cara meregulasi emosi karena anak merupakan peniru yang unggul. 

  1. Terhubung dengan anak-anak. 

Orangtua yang ada 24 jam penuh bersama anak bukan berarti orangtua tersebut terhubung dengan anaknya. Di dalam peaceful parenting, terhubung dengan anak merupakan hal yang sangat penting. Terhubung dengan anak tidak cukup dengan hanya ada secara fisik, namun juga secara emosional. Terhubung disini maksudnya adalah menempatkan diri ke dalam pengalaman anak, membayangkan bagaimana rasanya menjadi mereka. 

Orangtua yang terhubung dengan  anaknya mampu untuk memperhatikan anaknya dengan tulus dan ingin tahu apa yang dirasakan dan dialami oleh anak. 

Kenapa hubungan orangtua dengan anak ini sangat penting bagi perkembangan anak?

  • Hubungan ini membuat anak tidak merasa sendirian. Disaat anak tidak terhubung dengan orangtuanya, dia dapat merasakan kesepian. Sebagai seorang makhluk sosial, rasa kesepian merupakan sebuah pengalaman yang tidak menyenangkan. Hal ini bisa dirasakan juga oleh anak-anak, bukan hanya oleh orang dewasa. Apalagi anak-anak yang masih sangat bergantung pada orangtuanya. 
  • Hubungan orangtua dan anak ini dapat membuat anak merasa penting. Jika orangtua dapat terhubung dengan anak, ini akan memberikan pesan kepada mereka bahwa mereka penting, mereka dicintai dan mereka berharga. 
  • Dapat meningkatkan kepercayaan diri anak. Jika anak mendapatkan perhatian orang tua, mereka akan merasa bahwa mereka berharga. Hal ini akan meningkatkan kepercayaan diri mereka. 
  • Dapat membuat anak merasa lebih aman. Mereka dapat belajar mencintai diri mereka sendiri dan mampu menyebarkan cinta dan kasih kepada orang lain. 

Bagi beberapa orang tua, membangun hubungan dengan anak tidak mudah, namun bukan berarti tidak bisa dilakukan. 

Dr. Markham memberikan beberapa cara agar orangtua dapat terhubung dengan anak:

  • Memiliki waktu bermain one-on-one setiap harinya dengan anak. Tidak perlu lama-lama, cukup sediakan waktu khusus 10-20 menit untuk bermain berdua saja dengan anak. Hal ini dapat memberikan perbedaan besar dalam hubungan orang tua dengan anaknya. 
  • Mematikan TV, gawai, laptop saat berinteraksi dengan anak. Terkadang hal ini lalai dilakukan oleh orangtua. Kadang, disaat kita sedang memakai gawai, anak mengajak berbicara, orangtua menjawab namun pandangannya tetap fokus di gawai. Cobalah untuk fokus kepada anak saat si anak mengajak kita berbicara. Atau jika kita sedang melakukan hal yang penting dengan orang lain, minta waktu sejenak untuk bicara dengan anak. 
  • Memprioritaskan waktu keluarga setiap malam, seperti makan malam bersama atau mengobrol bersama sebelum tidur. 
  • Terhubung secara fisik melalui pelukan, ciuman atau hal lain yang menunjukkan rasa  sayang sebagai orangtua. 
  • Ciptakan ritual tersendiri yang dapat menghubungkan orangtua dengan anak. Misalnya ritual berpelukan selama 10 detik setiap akan akan tidur atau setelah bangun tidur. 
  1. Menerima anak apa adanya dengan cara melatih dan mendampingi mereka, bukan mengontrol sepenuhnya. 

 

Bagi beberapa orang tua, membangun hubungan dengan anak tidak mudah, namun bukan berarti tidak bisa dilakukan. 

Dr. Markham memberikan beberapa cara agar orangtua dapat terhubung dengan anak:

  • Memiliki waktu bermain one-on-one setiap harinya dengan anak. Tidak perlu lama-lama, cukup sediakan waktu khusus 10-20 menit untuk bermain berdua saja dengan anak. Hal ini dapat memberikan perbedaan besar dalam hubungan orang tua dengan anaknya. 
  • Mematikan TV, gawai, laptop saat berinteraksi dengan anak. Terkadang hal ini lalai dilakukan oleh orangtua. Kadang, disaat kita sedang memakai gawai, anak mengajak berbicara, orangtua menjawab namun pandangannya tetap fokus di gawai. Cobalah untuk fokus kepada anak saat si anak mengajak kita berbicara. Atau jika kita sedang melakukan hal yang penting dengan orang lain, minta waktu sejenak untuk bicara dengan anak. 
  • Memprioritaskan waktu keluarga setiap malam, seperti makan malam bersama atau mengobrol bersama sebelum tidur. 
  • Terhubung secara fisik melalui pelukan, ciuman atau hal lain yang menunjukkan rasa  sayang sebagai orangtua. 
  • Ciptakan ritual tersendiri yang dapat menghubungkan orangtua dengan anak. Misalnya ritual berpelukan selama 10 detik setiap akan akan tidur atau setelah bangun tidur. 
  1. Menerima anak apa adanya dengan cara melatih dan mendampingi mereka, bukan mengontrol sepenuhnya. 

Diantara 3 konsep tentang peaceful parenting, konsep ketiga ini merupakan konsep yang mungkin paling sulit untuk dilakukan. 

Memberikan dan memastikan anak mendapatkan apa pun yang terbaik bagi anak-anak mereka adalah hal yang diinginkan sebagai orangtua. Namun, terkadang sebagai orangtua ada rasa memiliki anak sehingga membuat orangtua merasa mereka berhak memutuskan apa yang terbaik bagi anak mereka, tanpa melibatkan anak dalam mengambil keputusan. 

Tahukah anda bahwa orangtua yang terlalu banyak mengontrol anak-anak dapat menyebabkan kerusakan psikologis seumur hidup anak?

Beberapa peneliti menemukan bahwa anak-anak yang memiliki orangtua yang terlalu mengontrol anaknya berdampak pada beberapa aspek kehidupan si anak, termasuk kesejahteraan sosial dan emosional, hubungan dengan diri sendiri dan orang lain, kemampuan menyelesaikan masalah, kemampuan untuk mengambil keputusan dan kebahagiaan mereka. 

Berikut beberapa tanda-tanda orangtua yang terlalu mengontrol anaknya:

  • Mendikte apa yang harus dilakukan oleh anak.
  • Menggunakan taktik manipulatif seperti terus mengatakan kepada anak bahwa mereka memiliki kewajiban untuk mematuhi anak karena semua yang dilakukan oleh orangtua demi kebaikan mereka. 
  • Cinta bersyarat. Misalnya anak hanya akan diberikan perhatian jika mendapatkan nilai yang bagus. 
  • Menuntut anak agar patuh. 
  • Memberikan hukuman yang berat untuk hal-hal kecil. 
  • Kurang memiliki rasa empati dan menghargai anak. 
  • Kurang memberikan apresiasi pada anak. 
  • Tidak memberikan ruang privasi untuk anak. 
  • Memberikan standar yang tinggi pada anak. 

Apa akibatnya jika anak terlalu dikontrol oleh orangtua?

Orangtua yang terlalu mengontrol anaknya dapat membuat anak kehilangan otonomi atau kemampuan untuk membuat keputusan bagi dirinya sendiri. Selain itu, anak dapat merasa terjebak karena tidak mampu untuk memilih, tidak mampu mengatasi tekanan-tekanan yang datang. 

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa anak dan orang dewasa yang terlalu dikontrol oleh orang tuanya beberapa memiliki gejala kecemasan, depresi, tidak percaya diri dan tingkat stress yang tinggi. 

Melatih dan Mendampingi Anak

Sebaliknya, di dalam peaceful parenting, orangtua lebih mengutamakan coaching atau melatih daripada mengontrol anak mereka. Coaching dalam peaceful parenting lebih fokus ke dalam melatih dan mendampingi anak dalam meregulasi emosinya. 

Semua anak membutuhkan batas empati. Disaat orang tua mampu menerima emosi dan menetapkan batas empati atas perilaku anak, anak-anak dapat belajar bahwa mereka tidak selalu bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan, namun mereka akan mendapatkan yang lebih baik: orangtua yang selalu ada di sisi mereka, yang selalu ada untuk menuntun mereka dan mencintai serta menerima mereka apa adanya. 

Saat orangtua memilih untuk melatih anak daripada mengontrolnya, anak-anak akan lebih bersedia untuk mematuhi orang tua. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa coaching lebih efektif daripada hukuman. 

Melatih emosi anak berfokus kepada membantu anak untuk mengerti dan regulasi emosi mereka, kenapa emosi tersebut muncul, bagaimana untuk mengkomunikasikan dan mengatasi emosi tersebut. 

Ada 5 langkah dalam melatih emosi anak yang dapat dilakukan:

  • Perhatikan emosi anak-anak yang berbeda dan bagaimana mereka menunjukkan atau mengekspresikan emosi mereka. 
  • Identifikasi ekspresi emosi anak-anak untuk membangun hubungan yang lebih dalam dengan anak. 
  • Tunjukkan empati dan berikan validasi atas emosi anak, bantu mereka untuk memahami alasan atas respon mereka terhadap emosi yang mereka rasakan. 
  • Berikan kata-kata dan label yang tepat yang dapat digunakan untuk mengutarakan emosi mereka. 
  • Sadar kapan harus membuat batasan saat anak harus menyelesaikan masalah atau mengatasi masalah. 

Dengan cara ini orang tua dapat membantu anak menyadari emosi mereka, bagaimana emosi ini berhubungan dengan sikap mereka dan mendorong anak untuk meregulasi emosi mereka dengan cara yang positif. 

Beberapa manfaat yang didapatkan dengan melatih emosi anak:

  • Membantu anak untuk mengembangkan kemampuan hidup yang dapat membantu mereka untuk menghadapi tantangan-tantangan hidup serta pengambilan keputusan. 
  • Membantu anak paham bahwa pencapaian-pencapaian tidak sama dengan kebahagiaan. Anak-anak bisa memahami bahwa memenangkan kompetisi adalah hal yang bagus, namun itu bukanlah suatu ukuran dari kebahagiaan atau kesuksesan seseorang. 
  • Anak dapat belajar bahwa emosi dan pengalaman mereka adalah hal yang berbeda. Dengan ini dapat paham misalnya saat mereka tidak menang dalam kompetisi, wajar jika mereka bersedih, namun, kekalahan ini tidak menggambarkan mereka sebagai orang yang tidak berhasil. Cukup sebagai suatu pengalaman dan mereka dapat menerima hal tersebut dan melanjutkan hidup mereka kembali. 
  • Membantu mereka paham bahwa setiap orang berbeda dan itu bukan masalah. 
  • Membantu anak fokus untuk membangun karakter mereka. Dengan coaching, anak dapat belajar tentang apa yang membuat mereka merasa bahagia, berusaha yang terbaik dan mampu mengatasi masalah-masalah yang muncul dengan cara yang tepat. 

Melatih anak agar mampu untuk meregulasi emosi dapat membuat seorang anak mengerti bahwa kehidupan itu adalah sebuah perjalanan yang dapat dinikmati, tidak selalu tentang sebuah penghargaan. 

Manfaat dari metode Peaceful Parenting?

Meskipun metode pengasuhan ini baru dipopulerkan di tahun 2012, ternyata banyak sekali manfaat yang telah dirasakan oleh orangtua dan anak-anak yang menerapkan pola asuh ini di rumah mereka. Berikut beberapa manfaatnya:

  • Anak-anak menjadi lebih bahagia dan dapat beradaptasi dengan lebih baik. 
  • Anak-anak lebih bisa diajak bekerjasama tanpa harus menunggu teriakan atau omelan dari  orangtuanya. 
  • Keluarga menjadi lebih dekat seiring dengan terhubungnya mereka melalui kegiatan-kegiatan yang disebutkan di atas. 
  • Anak-anak tumbuh dengan kecerdasan emosi yang lebih baik, mereka lebih penuh perhatian, dapat lebih disiplin dan bertanggung jawab atas kewajiban-kewajiban mereka. 
  • Tercipta suatu ikatan kasih sayang antara orangtua dan anak yang akan terbawa hingga anak menjadi dewasa.
  • Dalam sebuah penelitian, keluarga yang mengadopsi peaceful parenting di dalam keluarganya dapat membangun komunikasi yang baik antara orangtua dan anaknya serta mengurangi tingkat kecemasan dan stress bagi kedua pihak. 

Bagaimana cara mengimplementasikan peaceful parenting di rumah?

Mengubah sebuah kebiasaan merupakan satu hal yang sulit, namun bukan berarti tidak bisa dilakukan. Sama dengan mengubah pola pengasuhan yang sebelumnya penuh teriakan menjadi pola pengasuhan yang lebih tenang, bukanlah hal yang tidak mungkin dilakukan. 

Diambil dari berbagai sumber, berikut beberapa tips untuk bertransisi ke metode Peaceful parenting:

  • Mulai dari sendiri. Sebelum melatih anak untuk meregulasi emosi mereka, sebagai orang tua, harus mulai untuk meregulasi diri  sendiri.Kenali emosi yang kita rasakan, sadari dan jangan sampai diri kita dikendalikan oleh emosi. Namun, kitalah yang mengendalikan emosi dan memutuskan bagaimana kita harus memberikan respon atas emosi tersebut. 

Semakin sering kita belajar mengenali emosi kita, kita akan semakin sadar penuh atas emosi dan pikiran kita. Hal ini akan membuat kita dapat lebih tenang dan tidak akan mudah terpancing untuk marah atau membentak anak. 

  • Fokus untuk terhubung dengan anak. Mulailah untuk membangun hubungan dengan anak. Daripada memberikan hukuman kepada anak, dan anak tidak termotivasi untuk melakukan hal yang baik. Cobalah untuk menghabiskan  waktu dengan anak setiap harinya, dengarkan cerita anak. Hal ini dapat meningkatkan hubungan dengan anak. 
  • Jelaskan apa yang sedang terjadi saat sudah tercipta hubungan dengan anak. Buka diskusi misalnya alasan kenapa orangtua membuat suatu peraturan di rumah dan mengapa semua orang di rumah harus mematuhinya. 
  • Ajak anak untuk bekerjasama untuk mengikuti seluruh aturan-aturan yang berlaku di rumah dan anak untuk mengutarakan apa yang mereka rasakan.. 
  • Tawarkan bantuan pada anak dan berikan win-win solutions antara orangtua dan anak. 
  • Tetap berikan batasan. Kuncinya adalah dengan membuat batasan atas perilaku anak, namun buat batasan dengan tetap berempati dan mempertimbangkan anak. 
  • Ajarkan anak tentang memperbaiki. Daripada menghukum anak jika dia melanggar aturan, memperbaiki ini dapat dijadikan sebuah pilihan. Saat aturan dilanggar dan saat semuanya sudah tenang dan sudah saling terhubung, lakukan diskusi berdua tentang apa yang baru terjadi. 

Bersabar, dengarkan dan berempati. Menahan diri untuk mengajarkan anak apa yang seharusnya dia lakukan sampai dia selesai bercerita apa yang membuatnya bersikap seperti itu. Jika sudah, barulah sebagai orang tua, kita dapat menjelaskan akibat dari sikap anak. Setelah itu, orangtua dapat menanyakan ke anak, apa kira-kira yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kesalahan yang dia buat.Menahan diri untuk menghukum atau memaksa anak untuk meminta maaf, dapat membuat anak berani untuk memperbaiki kesalahannya. Hal ini dapat membuat anak sadar bahwa hal yang dia lakukan adalah salah dan dia tidak akan mengulanginya kembali. 

  • Mempertimbangkan emosi anak. Saat seorang anak dihukum, mereka belajar bahwa emosi yang mereka rasakan dan membuat mereka berkelakuan tidak baik akan membuat mereka terkena masalah, jadi mereka akan menekan emosi tersebut. Namun, emosi yang mereka rasakan akan tertahan di dalam diri mereka. Alasan mereka tidak keluarkan karena mereka takut dihukum oleh orangtuanya.

Dalam peaceful parenting, orangtua dapat membuat anak merasa lebih aman untuk menunjukkan perasaan mereka, contohnya saat mereka berbuat salah atau tantrum, orangtua tidak hanya melihat sikap mereka yang marah-marah. Namun, orangtua dapat menyadari bahwa ada satu emosi yang sedang dirasakan oleh anak namun dia tidak bisa menjelaskannya sehingga yang bisa dia lakukan adalah dengan tantrum. 

Hal yang dapat dilakukan adalah menerima emosi anak dan tunggu hingga anak menjadi lebih tenang dan ajak anak untuk berdiskusi tentang apa yang dia rasakan.

  • Ciptakan rasa aman. Saat seorang anak menunjukkan amarahnya, yang perlu dilakukan adalah tetap tenang. Semakin orang tua menerima anak dan penuh sabar, anak akan semakin merasa aman untuk menunjukkan luka dibalik amarahnya. 

Atau agar anak dapat mengekspresikan emosi yang dia rasakan. Terkadang, amarah anak adalah bentuk respon tubuh anak terhadap perasaan diri mereka yang terancam. 

  • Berikan contoh tentang memaafkan kepada anak. Mengajarkan tentang memperbaiki hubungan dengan orang lain merupakan cara yang lebih baik daripada memaksakan anak untuk meminta maaf saat mereka marah. 

Cara paling mudah untuk mengajarkan anak tentang memaafkan dan meminta maaf adalah dengan memberikan contoh. Misalnya saat orang tua berbuat salah, singkirkan ego, bertanggung jawab dengan memperbaiki kesalahan dan kemudian berani untuk meminta maaf. 

Perhatikan bahwa tidak ada yang harus disalahkan atau dipermalukan dalam proses meminta maaf dan memaafkan. Hal ini akan membuat semua orang yang terlibat dapat mempertimbangkan bagaimana peran mereka dalam masalah yang terjadi dan dapat memahaminya serta mengambil pelajaran. 

  • Turunkan ekspekstasi. Sebagai manusia, wajar sekali hal-hal tidak berjalan sesuai rencana. Terkadang ada gagal, ada berhasil. Tidak ada yang sempurna. Hal paling penting dalam proses transisi menuju metode peaceful parenting adalah memiliki rasa belas kasih kepada diri sendiri, sama seperti kepada anak. 

Turunkan ekspektasi. Pasti akan ada masa di mana orangtua membuat kesalahan. Pasti akan ada hari di mana semua terasa berat sekali. Namun, saat seseorang sudah menurunkan ekspektasi dan siap menerima jika segalanya tidak berjalan sesuai rencana, semuanya akan terasa lebih mudah. Berbaik hatilah kepada diri sendiri.

Melakukan suatu perubahan merupakan sebuah hal yang sulit untuk dilakukan dan bagian tersulit adalah melakukan langkah pertama menuju perubahan tersebut. Namun, bukan berarti tidak bisa dan tidak mungkin untuk dilakukan.

Apakah masih ada teriakan atau omelan di dalam rumah setiap hari? Tidak ada salahnya untuk mencoba menerapkan metode peaceful parenting di  rumah. Sudah saatnya untuk memutus rantai pengasuhan yang penuh teriakan yang dapat meninggalkan luka di dalam diri anak dan diri kita sebagai orang tua.