Program “Gemari Bacaku” Rumah Belajar Kita

22 Februari 2017|Berita Terbaru|Bagikan :

Program Gerakan Mari Membaca Buku (Gemari Bacaku)

Salah satu dari fokus Yayasan Bangun Kecerdasan Bangsa adalah pendidikan. Sesuai dengan Tagline kami “Bangunkan Jiwa Cerdaskan Bangsa”, pendidikan merupakan hal yang menyita perhatian kami, dan YBKB sangat ingin berkontribusi dalam pendidikan. Salah satu bentuk kepedulian kami saat ini adalah dengan adanya Rumah Belajar Kita (RBK).

Rumah Belajar Kita adalah penggerak utama saat ini dalam program divisi pendidikan YBKB. Fokus pada pendidikan Character Building pada anak-anak dhuafa melalui kegiatan Non-Akademis seperti kerajinan tangan, permainan, dan wirausaha. Dan sejak tahun 2013 RBK berjalan, kami mendapati sebuah pandangan.

Pendidikan merupakan satu indikator utama untuk  mengukur  kemajuan  suatu  negara. Dan  tingkat  literasi  merupakan  parameter utama  untuk  pengukuran  kualitas  suatu sistem  pendidikan.

Negara finlandia  yang menduduki  peringkat  5  untuk  sistem pendidikan terbaik  dunia(1), ternyata merupakan  negara  dengan  tingkat literasi (kemampuan  membaca  dan  menulis) paling tinggi di dunia. Sedangkan indonesia, berada jauh di peringkat ke 61(2).

Jika  diperhatikan,  negara  berliterasi  tinggi rata-rata  mewajibkan  siswa  sekolahnya membaca  sejumlah  buku  tertentu sebagai standar  kelulusan.  Pada  tahun  1939, program  serupa  juga ternyata  pernah dilakukan di sekolah AMS-Hindia Belanda(3).

Namun kini program tersebut seperti lenyap entah kemana. Sebagai  anak-anak yang  tumbuh  dan hidup di era digital, kami mendapati bahwa menjadikan  kebiasaan  membaca  buku sebagai  aktifitas  yang  digemari adalah sebuah tantangan besar.

Selama tiga tahun terakhir  program  kelas  belajar  di  Rumah Belajar  Kita  berjalan,  kami  menilai  belum cukup  berhasil  membuat  anak-anak  didik memiliki hobi membaca. Ini bisa dilihat dari hasil  survey  yang  kami  lakukan  terhadap 100  anak-anak  didik  dengan  range  usia 5-15 tahun di delapan titik kegiatan Rumah Belajar Kita.

Hasil  survey  menyatakan  lebih  dari  60% anak  tidak  memiliki  koleksi  buku  bacaan, ironisnya, lebih dari 40% anak menyatakan jarang  mengunjungi  perpustakaan  umum dan  toko  buku  untuk  sekedar  membaca. Bahkan  10%  diantaranya  belum  pernah mengunjungi keduanya.

Atas  dasar  itulah  kami  berinisiatif  untuk membuat  sebuah  program  dalam  rangka menghadirkan  budaya  membaca  buku  di Indonesia. Program yang bernama “Gemari Bacaku”.

Tujuan  utama  dari  program  ini  adalah untuk  memantik  semangat  dan  minat membaca  buku  khususnya  di  kalangan anak-anak  dengan  memberikan  akses buku-buku berkualitas dan menarik bagi anak-anak.

Tidak  hanya  fasilitas  buku,  program ini  juga  bertujuan  untuk  mendorong para  relawan  pengajar  dan  anak  muda Indonesia  untuk  bisa  menjadi  fasilitator yang bisa menghidupkan buku, sehingga membuat  anak-anak  menjadi  gemar membaca buku. 

Pada program ini kami membuka donasi bagi anda yang ingin berkontribusi baik dalam bentuk donasi buku maupun bentuk donasi uang.

Untuk berdonasi buku, berikut kriteria buku yang dibutuhkan:

  • Komik anak (non-serial cantik dan non-dewasa)
  • Komik edukasi
  • Novel Anak dan umum (non-dewasa)
  • Buku cerita/dongeng anak (termasuk di dalamnya, cerita rakyat, buku cerita bergambar, dll.)
  • Buku pengetahuan (ensiklopedi, buku asal-usul/ penemuan, RPUL, NatGeo dll.)
  • Buku keagamaan untuk anak
  • Majalah anak dan umum
  • Atlas dan peta

Untuk berdonasi buku, anda dapat mengirimkan ke kantor kami di Jl. Raya Tengah No.22 Gedong, Pasar Rebo, Jakarta Timur. Atau bila ingin memberi bantuan dana, anda bisa masuk ke halaman khusus donasi.

Semoga Allah SWT melancarkan niat baik kami ini dan kami sangat berharap masyarakat pun akan mendukung untuk suksesnya Program Gemari Bacaku ini. Aamiin Ya Robbal’aalamiin

SUMBER:
1. http://worldtop20.org/
2. The World’s Most Literate Nations (WMLN) Penelitian yang dilakukan oleh John W. Miller, Presiden Central Connecticut State University, New Britain.
3. DARI PASAR DJOHAR KE DJALAN KEDJAKSAAN Oleh: Taufiq Ismail[Seminar Nasional Pengembangan Model Pembelajaran Sastra yang Komunikatif dan Kreatif, Universitas Negeri Semarang, Ahad, 7 Juni 2009